Kamis, 03 November 2011

Menjadi Pemimpin apa Menjadi Boss???


Rahmatullah*
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris V
Akhir-akhir ini, kerap terjadi aksi protes rakyat Indonesia terhadap pemimpin-pemimpin yang ada di Indonesia, baik itu kepimpinan suatu Negara maupun kempimpinan dalam suatu organisasi-organisasi kecil. Organisasi sama halnya dengan Team Work. Dalam suatu organisasi harus ada kerjasama yang baik disetiap anggotanya. Tidak boleh ada yang menonjol sendiri atau mau menjadi pemimpin.
Menjadi pemimpin bukanlah sebuah perkara mudah, yang bisa dilakukan sambil bersenda gurau. Untuk menjadi pemimpin juga tidak cukup hanya dengan memiliki keinginan. Karena seorang pemimpin pada hakikatnya adalah sebuah pondasi bagi suatu kaum atau organisasi. Bila pondasi suatu bangunan tidak kokoh, maka sudah dapat dipastikan bangunan tersebut tidak akan bertahan lama, pasti roboh. Bila bangunan sudah roboh, maka perkara untuk membangunnya kembali adalah hal yang sangat sulit sekali. Begitu pula dengan kepemimpinan. Pemimpin adalah sebuah pondasi dari sebuah perkumpulan atau organisasi, bila sang pemimpinnya lemah dah rapuh, sudah dapat dipastikan organisasi itu bermasalah dan mendekati kehancuran.. Dan bila sebuah organisasi sudah hancur dan rusak, maka untuk membangunnya kembali akan membutuhkan tenaga yang luar biasa keras, dan hal itu tidak mudah tentunya.
Dalam suatu organisasi terutama dalam institusi pendidikan diharuskan pemimpin yang tegas dan disiplin dalam memberikan perintah. Hal ini ditujukan agar setiap anggota organisasi dapat bertanggung jawab penuh dengan tugas yang dijalaninya. Betapa orang sering gagal untuk menjadi pemimpin karena mereka tidak berlaku sebagai pemimpin melainkan berlaku sebagai Boss. H.Gordon Selfridge adalah pendiri salah satu department store di London yang merupakan salah satu Department store terbesar di dunia. Ia mencapai kesuksesan tersebut dengan menjadi seorang “Pemimpin” dan bukan menjadi “Boss”.
Dalam hal ini, John C, Maxwell (dalam bukunya "Developing The Leader Within You") yang menyoroti perbedaan antara boss dan pemimpin mengatakan, seorang pemimpin lebih punya itikad baik, lebih bijak, baik dalam sikap dan tingkah lakunya. Dia lebih bisa melatih atau mendidik pengikutnya. Katakanlah, seorang karyawan yang baru masuk menjadi cepat berkembang, karena pemimpin mampu menimbulkan rasa antusiasme pada karyawannya.
Tetapi lain halnya, dengan seorang boss. Boss lebih mirip dengan juragan, seorang boss itu lebih banyak maunya sendiri. Egoismenya tinggi, dan sikap atau tingkah lakunya lebih terkesan menggiring pekerjaannya dan kerap menimbulkan rasa takut pada anak buahnya. Karena sikap itu menyagkut pola rasa dan pola pikir, sehingga pengaruh sekap boss semacam itu, menurut seorang pakar kepribadian, Dale E. Golloway, akan membuat anak buahnya menjadi gelisah, menderita, melukai hati, dan bahkan bisa mendatangkan musuh.
Seorang boss juga lebih tergantung pada wewenang, terutama wewenang struktural. Kalau tidak lagi memiliki wewenang, maka pengaruhnya tidak ada. Bahkan orang lain tidak lagi respek pada dia, manakala sudah tidak menjadi boss lagi. Itulah memang konsekuensinya kalau seseorang lebih menggunakan wewenang struktural. Jadi orang lebih terpengaruh pada boss yang punya wewenang tersebut, dan bukan pada hubungan moral seperti yang lebih baik dilakukan seorang pemimpin.
Dan, saya kerap melihat, bahwa seorang boss cenderung suka menyalahkan anak buahnya, karena dia memang lebih suka menetapkan kesalahan tanpa menunjukkan jalan keluar, dan boss itu tahu bagaimana itu dilakukan. Tapi lain halnya dengan seorang pemimpin, dia lebih tahu bagaimana memperbaiki kemacetan yang dilakukan bawahannya atau pengikutnya dan bisa menunjukkan cara mengatasinya.
Boss juga lebih suka mengatakan “Aku”, sementara pemimpin lebih suka mengatakan “Kita”. Perbedaannya tak hanya itu. Boss juga lebih suka mengatakan “Jalan”! jadi lebih bersikap otoriter. Sangat berbeda dengan cara pemimipin dalam menggerakkan karyawannya lebih bersikap egaliter, maka tak mengherankan lebih cenderung mengatakan “Mari kita jalan!”.
Oleh karena itulah, dalam mengembangkan bisnis kita dan dalam menghadapi persaingan bisnis ysng semakin keras saat sekarang ini, saya kira memang dibutuhkan entrepreneur – entrepreneur leader. Keberhasilan bisnis kita akan lebih sukses karena tindakan dan keputusan strategis yang diambil oleh entrepreneur leader.
Sebab, dalam kepemimpinannya mereka lebih menekankan pada hubungan manusiawi, sehingga orang – orang di bawahnya termotivasi dan lebih mampu menggunakan pemikiran dan wawasan kreatifnya. Sebaliknya, boss tidak mampu menumbuhkan sikap semacam itu. Maka, jadilah entrepreneu
r leader.
Lantas bagaimanakah caranya untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas?? Untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas dan mampu memimpin minimalnya harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai visi yang jelas, seorang pemimpin benar-benar sangat dituntut untuk memiliki tujuan atau visi yang jelas yang ingin dicapai oleh organisasinya ataupun dirinya sendiri, jika tak ada visi maka hanya akan menjadi orang yang bekerja tanpa arah dan kejelasan, maka akan sangat mudah digoyangkan dan dihancurkan.
2. Dapat memberi inspirasi bagi orang lain yang dipimpinnya, dalam sebuah organisasi adanya seorang teladan sangat diharapkan untuk menjadi penyemangat dalam arah gerak organisasi tersebut. Peran ini adalah tanggung jawab seorang pemimpin, dimana ia harus bisa menjadi inspirasi bagi kawan-kawannya.
3. Dapat berkomunikasi lisan dengan baik, Baik atau buruknya komunikasi pemimpin terhadap rekan-rekannya dapat mempengaruhi kinerja dari rekan-rekannya. Ketika pemimpin memberi arahan dengan tegas, ramah dan penuh empatik kepada rekan-rekannya, akan sangat berbeda dampaknya ketika pemipin itu memberi arahan dengan kasar, tidak jelas dan marah-marah. Ini semua akan berdampak pada hasil kinerja rekan-rekannya dan juga hubungan antara mereka.
4. Tahan terhadap keadaan-keadaan genting, suatu saat dalam menjalani kepemimpinan pasti akan menemui permasalahan yang tidak diduga-duga sebelumnya. Pemimpin harus siap dengan keadaan yang sesuai dengan harapannya dan keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya. Pemimpin tidak boleh panik, pemimpin harus bisa menjadi tempat akhir untuk mengambil keputusan. Pemimpin harus siap dan bisa memberikan keputusan di saat segenting apa pun.
5. Dapat memotivasi diri dan orang lain, setelah kita mempunyai visi, maka kita harus mengejar agar visi kita itu tercapai. Dalam pencapaiannya akan banyak sekali rintangan dan halangan yang siap melemahkan bahkan menghancurkan. Dibutuhkan motivasi yang kuat untuk melewati itu semua. Seperti halnya iman, motivasi pun kadang naik dan turun, disinilah peran pemimpin dituntut untuk bisa memotivasi dirinya terlebih dahulu dan memotivasi kawan-kawannya kemudian. Karena tidak mungkin kita bisa memotivasi orang lain sedangkan diri kita dalam keadaan lemah dan tanpa motivasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar